Ada berbagai macam jenis hewan ternak yang dibudidayakan peternak Indonesia. Kambing etawa adalah salah satu kambing yang merupakan keturunan Jamnapari dari India. Mengacu pada makalah resmi yang dipublikasikan oleh lembaga Food and Agriculture Organization (FAO) milik PBB (https://www.fao.org/3/X6532E/X6532E00.htm)
“Hewan besar. Terdapat variasi dalam warna bulu, tetapi warna bulu umumnya putih dengan bercak coklat di kepala dan leher. Karakter khasnya adalah garis hidung sangat cembung berbulu, menghasilkan tampilan mirip paruh kakak tua. Telinga sangat panjang, datar dan terkulai; panjang telinga: 26,79 ± 0,21 cm (216). Kedua jenis kelamin yang bertanduk; panjang tanduk: 8,69 ± 0,27 cm (108). Ekor tipis dan pendek. Rambut tebal dibagian belakang, yang dikenal sebagai bulu (jembrak), menutupi ambing jika dilihat dari belakang. Ambing ini berkembang dengan baik, bulat, dengan puting kerucut besar.”
Pada saat didatangkan ke Indonesia, kambing Jamnapari memiliki fisik luar biasa besar dengan tinggi jauh diatas kambing lokal di indonesia. Kambing ini di anggap salah satu komoditas unggul yang harus di budidayakan. Selain pembudidayaan , bangsa kita juga mencoba untuk menaikkan nilai kambing lokal dengan cara mengawinkan silang dengan kambing Jamnapari.
Kambing Peranakan Etawa
Hasil perkawinan silang ini kemudian dikenal dengan nama Kambing Etawa (Kambing Peranakan Etawa / PE). Seiring dengan waktu, perkawinan silang kambing tersebut menghasilkan berbagai macam keturunan dengan berbagai tampilan fisik yang berbeda. Terdapat dua ras kambing etawa yang dapat diklasifikasikan menjadi Sumber Daya Genetik (SDG).
Kambing Kaligesing untuk kambing PE dari Jawa Tengah, sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2591/Kpts/PD.400/7/2010
Kambing Senduro untuk kambing PE Jawa Timur, sesuai Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 1055/Kpts/SR.120/10/2014