Berawal dari permasalahan yang ditulis salah satu rekan peternak Etawajati:
“Tasiman dan Kimin kemarin berdebat seru. Masalahnya adalah ayam Bekisar. Keduanya mengklaim ayamnya lebih asli dari yg lain, Ayam kang Tasiman adalah hasil perkawinan ayam hutan dengan ayam negeri, tubuhnya tinggi besar. Ayam mas Kimin adalah hasil persilangan ayam hutan dengan ayam kate, dan suaranya memang lebih oke…. Saya bingung menengahi mereka, kalau ayam bekisar ya nggak ada yang asli yang ada blasteran!”
Permasalahan diatas sangat menggelitik untuk dianalisa dan dikembangkan ke permasalahan kambing etawa yang dianggap sebagai keturunan kambing Jamnapari dari India. Sangat menggoda bagi peternak kambing etawa untuk mengklaim kambing miliknya asli atau murni kambing etawa. Namun kriteria apakah yang digunakan untuk menentukan miliknya asli? Apakah keturunan asli Jamnapari dari India tanpa campuran? ataukah asli berasal dari daerah atau lokasi tertentu?
Belajar Dari Kambing Boer
Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada baiknya kita belajar ke rekan peternak kambing Boer. Kenapa kambing Boer? Ternak kambing boer memiliki sejarah lebih tua daripada kambing etawa. Kambing boer telah diternakkan sejak tahun 1900 an di Afrika Selatan untuk produksi daging [1].
Peternak kambing boer telah memiliki beberapa asosiasi resmi internasional seperti International Boer Goat Association (IBGA) [2], American Boer Goat Association (ABGA) [3] dan United States Boer Goat Association (USBGA) [4]. Asosiasi ini yang mendefinisikan standar kambing boer. Selain itu asosiasi ini juga memiliki program registrasi kambing boer.
Fullblood (Murni), Purebreed (Peranakan) dan Percentage (Campuran)
Sesuai dengan aturan registrasi IBGA berikut adalah definisi kambing boer yang dapat di registrasi. [5]:
- Kambing boer murni (fullblood) – kambing boer yang berasal dari keturunan 100% kambing boer berdarah murni dan tidak memiliki satupun kambing non boer (bukan boer) dalam catatan silsilah nenek moyangnya (pedigree). Pada kenyataannya kambing boer murni hanya didapatkan dari kambing boer yang diimpor langsung dari Afrika Selatan [6]
- Kambing boer peranakan (purebreed) – kambing boer betina peranakan dedifinisikan memiliki 15/16 (93,75%) darah kambing boer yang berasal dari keturunan kambing boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan tercatat oleh IBGA. kambing boer jantan peranakan didefinisikan memiliki 31/32 (96,88%) darah kambing boer yang berasal dari kambing keturunan kambing boer murni atau peranakan yang telah teregistrasi dan tercatat oleh IBGA.
- Kambing boer campuran (percentage) – kambing boer yang memiliki 1/2 (50%) darah kambing boer. Kambing boer campuran dapat berasal dari keturunan pejantan boer murni (fullblood) dengan indukan bukan boer atau indukan boer murni dengan pejantan bukan boer.
Kawin Silang (Cross Breeding)
Lalu pertanyaannya bagaimana mendapatkan nilai persentase darah keturunan seekor kambing boer? Aturan kawin silang (crossbreeding) kambing boer adalah acuannya. Aturan ini mensyaratkan dua hal [7], [8]:
- Pejantan yang dikawinkan harus murni (pureblood).
- Pencatatan silsilah (pedigree) harus konsisten dilakukan untuk menandai nilai persentase seekor kambing boer
Jika syarat diatas tidak dapat terpenuhi maka aturan kawin silang pun tidak berlaku.
Berikut adalah aturan kawin silang kambing boer. “F” disini menunjukkan persentase kemurnian kambing boer yang dihasilkan dari kawin silang pejantan kambing boer murni (fullblood) dengan indukan kambing yang lain. [9]
- F1 : 1/2 kambing boer (pejantan kambing boer murni, indukan kambing jenis lain)
- F2 : 3/4 kambing boer (pejantan kambing boer murni, indukan F1)
- F3 : 7/8 kambing boer (pejantan kambing boer murni, indukan F2)
- F4 : 15/16 kambing boer (pejantan kambing boer murni, indukan F3)
- F5 : 31/32 kambing boer (pejantan kambing boer murni, indukan F4)
Perlu dicatat jika hasil kawin silang diatas tidak akan pernah menghasilkan keturunan murni (fullblood). Yang dihasilkan hanyalah kambing boer peranakan (purebreed). IBGA menyediakan jasa tes DNA untuk mengetahui persentase kemurnian seekor kambing boer sebagai pembuktian genetis [10]
Kambing Etawa Asli
Lalu pertanyaan timbul bagaimana dengan kambing etawa? Seperti yang telah disepakati jika kambing etawa adalah turunan dari kambing Jamnapari dari India. Berikut adalah karakteristik kambing Jamnapari mengacu pada makalah resmi yang dipublikasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) milik PBB. [11]
“Hewan besar. Terdapat variasi dalam warna bulu, tetapi warna bulu umumnya putih dengan bercak coklat (tan patches) di kepala dan leher . Karakter khasnya adalah garis hidung sangat cembung dengan seikat rambut, menghasilkan tampilan mirip paruh kakak tua. Telinga sangat panjang, datar dan terkulai; telinga panjang: 26,79 ± 0,21 cm (216). Kedua jenis kelamin yang bertanduk; panjang tanduk: 8,69 ± 0,27 cm (108). Ekor tipis dan pendek. Sebuah pertumbuhan rambut tebal di pantat, yang dikenal sebagai bulu (jembrak), menutupi ambing jika dilihat dari belakang. Ambing ini berkembang dengan baik, bulat, dengan puting kerucut besar.”
Berikut adalah foto-foto kambing jamnapari yang diambil di tempatnya di India [11], [12]:
Deskripsi penampilan fisik kambing jamnapari diatas agak sedikit berbeda dengan beberapa pandangan peternak. Ada beberapa referensi yang berusaha mendefinisikan ciri kambing etawa. Namun ini bukan merupakan ciri kambing jamnapari yang asli.
Sayangnya belum ada penelitian genetis yang membandingkan DNA kambing etawa Indonesia dengan kambing jamnapari India. Lebih lanjut tidak adanya catatan yang menyimpan silsilah (pedigree) secara sistematis mulai dari kambing Jamnapari datang ke Indonesia sampai pada keturunannya membuat sulit untuk untuk mengetahui tingkat kemurnian kambing etawa Indonesia. Besar kemungkinan kambing etawa yang di Indonesia adalah kawin silang (cross breeding) dengan kambing lokal. Karena itu dinamakan kambing peranakan etawa (PE) [13].
Pencatatan Silsilah Kambing Etawa
Jika pada kambing boer pencatatan silsilah (pedigree) digunakan untuk menghasilkan kambing boer turunan yang memiliki persentase darah kemurnian yang mendekati kambing boer murni (pureblood), maka bagaimana dengan kambing etawa? Dengan ketiadaan bukti kambing etawa yang murni maka pencatatan silsilah ini masih perlu ditinjau ulang. Seperti penjelasan diatas, salah satu syarat aturan kawin silang (cross breeding) mensyaratkan dikawinkan dengan pejantan kambing yang murni dan hanya didatangkan pada daerah asalnya. Jika syarat ini ditiadakan maka aturan kawin silang tidak berlaku. Akibatnya kita tidak akan pernah mengetahui secara pasti persentase kemurnian seekor kambing turunan.
Lalu jenis pencatatan apa yang bisa dilakukan oleh peternak kambing etawa? Jika peternak kambing etawa hanya mengandalkan pencatatan silsilah maka sedikit kurang manfaatnya. Mungkin saatnya bagi kita untuk melirik metode pencatatan Harapan Perbedaan Turunan atau Expected Progeny Differences (EPD).
Expected Progeny Differences (EPD)
Metode EPD datang dari fakta jika seekor hewan ternak yang bagus belum tentu menghasilkan keturunan yang bagus pula . Masih diperlukan evaluasi langsung terhadap keturunannya untuk melihat performa hewan ternak tersebut. Kebanyakan peternak menilai mutu genetis suatu hewan dari penampilannya dan fenotip. Fenotip ditentukan oleh genotip (gen) plus faktor lingkungan. Normalnya hewan yang terlihat bagus memiliki gen yang bagus. Namun ini tidak selalu benar. Perlu diperhitungkan lingkungan dimana hewan tersebut dibesarkan. Bisa jadi kita memilih hewan yang memiliki fenotip yang bagus namun kurang secara genetis. Ini adalah alasan kenapa sering dijumpai kambing yang terlihat unggul memiliki keturunan yang jelek. Namun sebaliknya bisa jadi kambing yang terlihat jelek dapat memiliki keturunan yang bagus. [14]
EPD memberikan estimasi nilai genetika suatu hewan sebagai orang tua. Secara spesifik perbandingan EPD antara dua hewan pada jenis yang sama dapat memprediksi performa keturunannya. EPD dihitung menggunakan informasi hewan itu sendiri seperti berat lahir, berat sapih, berat remaja, jumlah anak yang dilahirkan, produksi susu dll. Dengan kata lain yang dicatat disini adalah performa hewan itu sendiri. Selain itu EPD juga menggunakan informasi performa kedua orangtuanya, saudaranya sampai pada keturunannya. Singkat kata semua informasi performa yang berkaitan dengan hewan tersebut digunakan untuk menghitung EPD. [15], [16], [17]
Seluruh catatan performa ini nantinya akan disesuaikan (adjusted) dengan faktor umur, kelamin, umur indukan. Faktor penyesuai ini membuat catatan performa ini dapat dibandingkan secara adil (fair) dalam analisa. Selain itu kesamaan genetis pasangannya diikutkan dalam menganalisa informasi keturunannya. Seluruh informasi kemudian dapat dihitung dalam analisa statistik.
Asosiasi Kambing Boer Amerika (ABGA) telah menggunakan metode ini untuk kambing boer semenjak 2007 melalui program yang dinamakan BGIN (Boer Goat Improvement Network). Program ini menggunakan catatan performa beserta keturunannya untuk menghasilkan evaluasi genetis sifat fisik yang bernilai ekonomis seperti berat badan, tingkat pertumbuhan dan reproduksi (jumlah anak). [18]
Kesimpulan
Dari paparan diatas jelas bahwa pembuktian klaim kambing etawa yang asli masih sulit untuk dilakukan karena ketiadaan pembanding kambing jamnapari yang murni (fullblood) dan tidak adanya catatan silsilah nenek moyang (pedigree) yang sistematis. Disinilah nama kambing peranakan etawa (PE) muncul.
Selain itu aturan kawin silang (crossbreeding) pada kambing boer juga tidak mungkin dilakukan. Akibatnya pencatatan silsilah dengan tujuan mendapatkan persentase kemurnian seekor kambing etawa seperti pada kambing boer mustahil untuk dilakukan. Namun peternak kambing etawa dapat melengkapi catatan silsilahnya dengan metode EPD. Metode ini akan memberikan informasi performa genetis suatu kambing etawa sehingga dapat diprediksi akan menghasilkan keturunan yang bagus.
Jika seandainya Tasiman dan Kimin mau mau belajar sedikit dan memahami latar belakang ilmiah yang dipaparkan diatas maka mungkin mereka tidak akan berdebat lagi mengenai kemurnian ayam mereka. Mungkin mereka akan duduk bersama di peternakan kambing sambil menikmati susu kambing dan mulai memikirkan bagaimana menghasilkan keturunan bagus melalui metode EPD 🙂
Referensi:
- Boer Goat
- International Boer Goat Association
- American Boer Goat Association
- United States Boer Goat Association
- Rules and Regulations for Registration
- All full blood Boers are South African
- Full Blood,Full blooded,Purebred
- Calculating Percentage Of Breed Influence
- Boer goat, Cross breeding
- DNA test for boer goat
- FAO Animal Production and Health Paper, Sheep and goat breeds of india (Deskripsi dan foto kambing jamnapari)
- Jamunapari, A Dairy Goat Breed in India (foto jamnapari)
- Kambing Etawa
- Genetics, Focusing on one trait can be the fastest route to improvement
- Understanding Expected Progeny Differences (EPDs)
- Performance Records and Genetics Evaluation
- Understanding Expected Progeny Differences (EPDs)
- BGIN Fact Sheet
Wah, bagus boss artikelnya
Nanti saya bilang ke Kang Tasiman sama Mas Kimin supaya baca dulu, jadi bertengkarnya dilanjut apa tidak setelah selesai baca artikelnya dulu …
Btw, saya pernah diberitahu juga kalau Bekisar yg suara dan penampilannya bagus bisa juga dihasilkan dengan mengawinkan Ayam hutan jantan dengan ayam betina Wareng (hasil perkawinan ayam kampung x kate)
Wah, mungkin ini yg perlu dibuat tabel EPDs nya ya boss?
atur gunging panuwun dhumateng peternakan etawa jaya.
dari pada berdebat tentang keaslian PE yang ndak ada njluntrungnya kan lebih baik berfikir yang lebih positif umpamanya mengganti nama PE dengan nama yang lebih keren dan menjadikan jenis unggul baru asal Indonesia ngono kan lebih ok . sepurane boos ini sekedar omong klamong tapi penjelasan njenengan kuwi pancen tinemu ing nalar. perlu disadari PE sing apik-apik wis podo dadi TKI nang Malaisia kalau kita kasep melangkah iso-iso diaku dadi jenis unggul asli malaisia, koyo budayane dewe kae, nek wis ngono awak dewe kari gigit jari, sepisan maneh sepurane boos lan matur nuwun banget
ikut urun rembuk..sebenarnya kambing PE (kaligesing/senduro) adalah kambing hibrida dari persilangan dua varietas. Maka kambing PE memang tidak bisa diklaim kambing ettawa karena sdh bercampur dgn kambing lokal indonesia. Apabila sifat-sifat genetik sudah setabil maka bisa disebut varietas sendiri spt pada : kambing boer (hibrid kambing nubian dengan kambing lokal afrika) domba dorper (silangan domba dorset dan persian) mestinya kambing PE disebut sebagai kambing senduro atau kambing kaligesing. lha nanti ada kambing senduro/kaligesing yg fullblood dan bukan kambing ettawa fullblood dan tdk usah dihitung fillial (turunan) keberapa kambing kita dari nenek moyang, mari kita bangga punya kambing senduro dan kambing kaligesing dan tentunya …. FULLBLOOD
Saya setuju dengan Pak WAHYU H (bukan karena sama-ama wahyu saja)
Mestinya segera didaftarkan menjadi Plasma Nutfah asli Indonesia “kambing Senduro” dan “Kambing Kaligesing”
karena kalau PE range-nya terlalu luas (asal ada sedikit sifat/keturunan Etawa sudah dapat dinamakan kambing PE) …
Sumonggo
Saya juga mendukung kalau kambing senduro dan kaligesing di jadikan kambing ras asli indonesia karena kambing PE yg di luar negeri sana juga berbeda dgn yg ada di senduro/kaligesing. Nantinya saya tdk perlu jauh jauh ke luar negeri kalau mau beli kambing senduro / kaligesing yg fullblood…bravo.